Maafkan, Jika Memang Caraku yang Salah

Kak Aliya! Liat nih ada siapa di tv?” Adikku, Gabriel berteriak sangat kencang. Aku yang sedang membaca novel di kamar atas sampe kaget dan segera melangkah keluar.
Apaan sih, de? Asli, berisik banget deh kamu.” Aku berteriak dari lantai atas.
Aku Cuma mau kasih tau, ada Kak Angga di tv! Kalo nggak mau dikasih tau yaudah, nggak aku kasih tau lagi nanti!” Aku tersentak. Itu pasti Rangga! Gabriel memang memanggil Rangga dengan Angga, sudah terbiasa sejak dulu. Aku segera berlari ke bawah, duduk dengan segera di depan tv.
Tadi marah-marah, sekarang malah matanya nggak kedip sedikit pun!” Gabriel menggerutu.
Ih, berisik banget sih kamu, de! Nanti nggak kedengeran nih suaranya.” Aku menoleh ke belakang sebentar, mengambil remote dan memaksimalkan volumenya.
Ih, bukannya terima kasih, malah marah-marah!”
Terima kasih adikku sayang!” Aku mencubit pipinya yang tembem itu, sama seperti pipi Rangga. Gabriel, adik keduaku. Masih berumur 9 tahun. Sedangkan Rangga, adalah tetangga, teman sejak kecil dan sudah ku anggap seperti kakakku sendiri. Dulu, jauh sebelum terkenal bersama SM*SH-nya, kami kemana-mana selalu bersama. Ke kampus, ke tempat makan, hang out. Aku nggak pernah lepas dari sampingnya. Sehingga nggak sedikit yang menggosipkan hal yang nggak-nggak tentang kami berdua. Beruntung, Rangga menanggapinya dengan enteng. Aku pun juga begitu. Karena emang sama sekali aku nggak ada rasa sama dia.

Gossipnya, lagi deket sama cewek ya akhir-akhir ini? Kalo nggak salah inisialnya KE” Tanya seorang wanita, host sebuah acara gossip kepada Rangga. Ke-enam personil yang lain nampak senyam-senyum dan kompak menatap ke arah Rangga. Rangga hanya tersenyum, namun sempat menoyor kepala Bisma.
Ah nggak kok mbak! Cuma Gossip itu. Kita kan sama-sama musisi, jadi emang deket gitu. Semuanya juga sama-sama deket kok.” Ungkap Rangga.
Ah, buktinya gue enggak kok.” Bisma menyambar sambil senyum tengil.
Iya, gue juga. Kayaknya Cuma lo doang deh, ngga.” Lanjut Ilham. Rangga mendorong tubuh Ilham sedikit. Aku semakin terbawa ke dalam percakapan ini.
Tuh kan, berarti gossipnya beneran dong, ya?” Host wanita itu makin ingin tahu, maklumlah ini bagian dari pekerjaannya.
Jangan saya terus dong, Mbak. Yang lain juga banyak yang digossipin kok.” Rangga memelas. Aku tersenyum melihat tingkahnya. KE, pasti yang dimaksud adalah Kara Effendi. Penyanyi pendatang baru yang sempat berkolaborasi bersama mereka di satu kesempatan. Setelah itu, mereka makin sering ditampilkan bersama. Ya, Rangga memang banyak cerita tentang Kara. Bagaimana Rangga memujinya dan menyukai sikap rendah hatinya. Kami masih terus saling contact. Kadang memang aku yang harus memulai duluan, ketika aku mulai merindukan kehadirannya disampingku.

Acara gossip telah selesai. Aku beranjak, hendak kembali ke kamar.
Rangga emangnya udah jarang balik ke Bandung ya, Al?” Tanya mama sambil menyiapkan makan malam. Aku kaget akan kehadirannya. Sementara Gabriel, sudah tidak ada disitu, mungkin sejak lama.
Iya kayaknya, Ma. Maklumlah, dia kan sekarang sibuk manggung. Di Jakarta, tawaran mereka lebih banyak. Jadi, dia lama ada disana.” Aku kemudian membantu mama menyiapkan makan malam.
Nggak kangen apa dia sama masakan mama? Sama kamu? Sama Cemong? Nanti kalo kamu ketemu sama dia, sampein salam mama buat dia, ya. Suruh dia main disini sekali-sekali.” Kata-kata mama itu penuh arti banget. Cemong itu nama kucing persia peliharaan adik-adikku. Rangga perhatian banget sama Cemong. Selagi Rangga dirumah, dia yang ngurusin Cemong, dia yang kasih Cemong makan, dia yang mandiin Cemong.‘Tenang, ma. Nanti aku sampein semua komplain mama ke dia.’ Ucapku dalam hati.

*****

Rangga apa kabar, Al? Jarang banget keliatan di kampus deh.” Tanya Widya saat kami sedang mencari bahan tugas di perpustakaan. Widya, sahabatku sejak SMA. Kami emang baru kenal 2 tahun belakangan ini, tapi hubungan kami sudah lebih daripada sahabat. Widya, orang yang paling mengerti aku, bahkan melebihi diriku sendiri.
Kabar terakhir sih dia baik-baik aja. Cuma agak sedikit nggak enak badan, mungkin karena kecapekan. Kemaren dia bilang rencananya mau ambil cuti sih. Cuma nggak tau deh jadi apa nggak.” Aku terus melanjutkan membaca.
Kemaren gue nonton acara *****, Rangga digosipin gitu ya sama penyanyi pendatang baru itu?” Aku nggak tau kenapa, setiap inget sama acara itu, setiap inget sama pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan buat Rangga, setiap inget sama reaksi temen-temennya, pasti tiba-tiba jantungku berdegup kencang.
Katanya sih. Rangga juga sering kok cerita tentang Kara. Dan kayaknya dia anaknya baik. Walaupun beda umur mereka 3 tahun, Rangga nyambung banget kalo ngobrol bareng Kara. Mungkin karena itu mereka jadi akrab, baik di atas panggung maupun di belakang panggung. Itu juga mungkin yang jadi santapan infotainment. Tapi, sampai saat ini sih Rangga belom cerita soal perasaannya sama Kara ke gue.” Aku mengakhiri penjelasan itu dengan tersenyum.
Kayaknya cocok banget tuh mereka. Tapi, lo gpp kan kalo pada akhirnya gossip itu ternyata bener?” Widya menatap mataku dalam. Aku kaget.
Haha, Rangga itu udah gue anggep kayak kakak gue sendiri. Nyokap anggep dia kayak anak sendiri. Mana mungkin gue cemburu? Lagian, ada-ada aja pertanyaan lo.” Aku menjawabnya dengan enteng.
Lo yakin, lo nggak cemburu?” Kali ini mimik wajah Widya terlihat lebih serius.
Yakin, Wid! 1000%!” Aku mengedipkan sebelah mata. Kemudian kami larut dalam kesibukan masing-masing.

BRUK! Aku mendaratkan tubuhku ke kasur. Menatap langit-langit kamar. Entah apa yang membuat pikiranku kembali melayang pada kejadian di perpustakaan tadi.
Lo yakin, lo nggak cemburu?’
Kenapa bisa-bisanya Widya bertanya seperti itu? Emang apa yang membuat aku sampe cemburu kalo seandainya hal itu benar terjadi? Aku sama sekali nggak punya perasaan apa-apa kok. Aku hanya merindukan sosoknya, yang biasanya selalu disampingku. Aku merindukannya sebagai sahabat, sebagai kakak.
Aku kemudian berganti pakaian dan segera menuju meja belajar kemudian menyalakan laptop. Ingin memeriksa mention apa saja yang masuk ke akun twitter ku. Setelah sebelumnya aku meng-update status.
What a tiring day. Sometimes, I just need you by my side. Even you aren’t talk anymore.’
Lalu, mulailah aku menelusuri timeline. Ku lihat status update dari Rangga sekitar 45 menit yang lalu.
Semangat ya latihannya @KaraEffendi! See you on the stage :)’
Oh, ternyata mereka akan satu panggung lagi. Tumben Rangga nggak cerita apa-apa soal ini. Mungkin dia lupa karena terlalu sibuk. Spontan aku tersenyum kecil. Aku arahkan mouse ke atas untuk melihat tweet-tweet baru. Dan ternyata Rangga update lagi.
@KaraEffendi hahaha udah hafalin dulu itu gerakan! Jangan sampe salah ya nanti di panggung. Bikin malu dong? :p’
Yeah, akrab sekali mereka. Namun, aku menyadari kemudian adanya 1 tweet baru di mentionku. Widya.
@Aliyaaa siapa? Yang tadi kita bicarain di perpus? *mata menyelidik* :p’
Aku membalas:
@Widyawierr hahaha, bukan siapa-siapa neng. Jangan gossip deh lo.’
Aku kembali menelusuri timeline. Kembali ada nama Rangga, 10 menit kemudian Rangga masih saja online, begitu juga setelah 30 menit kemudian. Namun, masih dengan orang yang sama. Aku berharap Rangga komentar sedikit saja. Namun, harapanku tidak menjadi kenyataan. Ku pandangi hp yang sejak tadi aku letakan di tempat tidur. Tidak ada notification. Aku menghela nafas panjang, lalu kumatikan laptop.
Aku kembali merebahkan diri. Menutup mataku dengan guling. Menangis. Ya, tanpa aku sadari, air mata ini mengalir begitu saja. Dadaku terasa sesak. Aku nggak bisa menjelaskan apa yang terjadi pada diriku. Sampai akhirnya aku terlelap dalam tangisan.

Tok..Tok..Tok
Kak Aliya! Tidur ya? Bangun dong! Disuruh mama mandi sama turun ke bawah buat makan! Kak, bangun! Tumben banget sih pintunya dikunci? Kak Aliyaaaa!!” Kini suara Galang terdengar sangat keras. Menembus gulingku. Aku terbangun dan melihat jam, sudah jam 6 malam. Lalu melangkah ke arah pintu dan membukanya.
Iya, 15 menit lagi Kak Al ke bawah ya, sekarang mau mandi dulu.” Aku tersenyum menatap Galang.
Kak Aliya abis nangis ya? Matanya bengkak tuh!” Galang menunjuk wajahku. Aku meraba bagian sekitar mata, memang berair dan agak perih. Aku menggeleng dan tersenyum kepada Galang. Lalu membelai rambutnya dan menutup pintu untuk segera mandi. Ketika sampai di depan kamar mandi, aku menatap layar hp ku. Aku berharap ada lampu merah berkedip-kedip, namun nyatanya tidak. Lalu aku segera mandi.

Makan dulu yuk, Al!” Ajak mama. Di meja makan tersedia ayam goreng kesukaanku dan juga sayur asem serta sambel terasi. Waw, baunya harum. Aku mengelus perutku sedikit.
Siap, bos!” Galang dan Gabriel sudah ambil posisi di meja makan. Selanjutnya kami makan bersama. Kadang, ketika makan bersama seperti ini, aku rindu akan kehadiran sosok papa. Aku rindu untuk bercengkrama lagi dengan beliau. Tentang semua masalahku, tentang semua hari-hariku. Aku menganggap beliau pendengar yang baik. Sahabat sejati. Namun, ketika kini beliau sudah tidak ada lagi, aku bingung mau bercerita pada siapa. Mama terlalu sibuk dengan bisnisnya, membuat jarak di antara kami. Meskipun aku selalu berusaha menghilangkan sejenak jarak itu.
Bengong aja kamu! Itu sayur asemnya dimakan, kalo dingin kan nggak enak lagi rasanya.” Ucapan mama membuyarkan lamunanku. Aku segera menghabiskan makananku. Setelah selesai, aku kembali lagi ke kamar. Menyalakan laptop, kembali menelusuri timeline twitter.

Kurang lebih 3 jam aku berada di depan laptop. Baru saja akan sign out, aku melihat update-an Rangga.
Perform Day 1 done! :) see you tomorrow, @KaraEffendi! Nggak nyangka ditawarin duet sama penyanyi besar Indonesia :D’
Ternyata dia abis perform di acara-yang-tidak-pernah-diberitahukannya-kepadaku. Thanks, Rangga. Sepertinya sudah ada yang menggantikan posisiku, have fun! Aku klik tanda unfollow pada profilenya. Goodbye!
Lalu aku menulis blog, menulis apa saja yang aku rasakan saat itu. Nggak lama, air mata kembali mengalir dan dada ini seketika terasa sesak. Aku mematikan laptop dan segera tidur.

2 bulan sudah berlalu. Aku lost contact sama Rangga. Sesuatu hal yang aku takutkan bakal terjadi, namun dijanjikan Rangga nggak akan pernah terjadi. Tiba-tiba hp ku berbunyi, notification bbm. Aku membukanya dan kaget. Rangga.
Heh, jelek! Sombong abis ya lo! Udah nggak ada kabar, sekarang lo unfollow gue! Bodo ah, marah gue!’
Aku pengen marah! Aku pengen dia tau, kalo dia yang ngelakuin ini duluan! Dia yang bikin aku begini! Kenapa dia nggak nyadar?
Trus sekarang bbm gue Cuma di read doang?’
Datang lagi bbm dari Rangga. Baiklah aku nyerah. Aku berusaha sebiasa mungkin.
Hehe, twitter gue udah lama nggak aktif, sekarang rada error gitu deh. Temen-temen gue juga pada banyak yang ke unfollow sendiri.’
Maaf sekali, aku telah berbohong, Rangga.
Ah, dasar lo! Kirain gue lo udah bener-bener nggak mau kenal lagi sama gue haha.’
Aku tertawa membaca pesannya.
Emang! Rangga yang dulu gue kenal udah sombong sekarang! Udah nggak pernah ngobrol sama gue lagi! Udah jadi orang lain dalam hidup gue!’
Hahaha, sorry deh. Gue akhir-akhir ini sibuk banget. Ini aja baru keluar dari Rumah Sakit karena typus. Eh, hari Minggu dateng ya ke kampus, gue manggung disitu. Bareng sama Kara juga.”
Aku khawatir baca bbmnya.
Nah, sekarang kebukti kan siapa yang sombong dan nggak pernah ngasih kabar? Besok-besok kalo sakit, nggak usah hubungin gue. Karena lo juga nggak mau gue jenguk kan? Oh, sama cewek lo juga ya?’
Aku ngerasa, kata-kata diatas cukup untuk menyindir seorang Rangga.
Woy, gue kan lagi di Jakarta. Nggak mungkin gue tega nyuruh lo bolak-balik Jakarta-Bandung Cuma untuk ngejengukin gue. Gue baik-baik aja kok, lek! Hahaha, sama aja lo kayak infotainment! Tukang gossip! Udah ah, gue nggak mau tau, pokoknya lo harus dateng! Gue kangen!”
Air mataku mengalir perlahan. Lo kira gue nggak kangen? Gue lebih lama ngerasain ini dibanding lo, ngga!
Sip! Gue pasti dateng!’
Pembicaraan berakhir. Hari minggu berarti 2 hari lagi. Aku nggak sabar mau ketemu Rangga.

*****

Ya, hari itu tiba. Aku berangkat pukul 8 dari rumah. Tak lupa, aku mengajak Widya ikut. Rangga bilang, dia akan sampai di lokasi sekitar jam 9, dan acara mulai jam 12. Aku mengenakan bigjill berwarna kuning, jeans biru muda, sepatu kets dan syal berwarna hitam.

Baru saja aku keluar dari angkot, Rangga meneleponku.
Halo.” Ucapku agak canggung.
Lo dimana, lek? Gue baru nyampe nih. Lo cepetan ya kesininya!” Aku segera berjalan menuju backstage.
Emang gue boleh masuk backstage?” Tanyaku nggak yakin.
Hey, emang lo siapa? Lo kan sahabat gue! Ijin langsung dari gue kok! Lo apa-apaan sih? Kok jadi aneh gini? Dasar! Yaudah, pokoknya gue tunggu lo ya disini.”
KLIK! Telepon tertutup.
Kita ke backstage ya, Wid.” Aku tersenyum simpul pada Widya.
Nggak lama kemudian, aku melihat tenda berwarna putih, aku masuk ke dalam dan mendapati semua personil SM*SH ada disitu, juga Kara. Dia mengenakan dress berwarna putih, panjang selutut dan big belt warna hitam. Tampak dia sedang asik ngobrol dengan Rangga. Rangga menghampiriku setengah berlari.
Jeleeeek!” Dia merangkulku. Erat. Aku dapat mencium wangi parfumnya. Masih sama seperti yang dulu. Aku balas memeluknya. Sepertinya hingga kami berdua sulit bernafas.
Gue kangeeeen!” Ucap Rangga setengah berbisik, tepat di kupingku. Aku hanya bisa menitikan air mata.
Hey, lo nangis?” Rangga melepas pelukannya dan mendapati aku menangis. Aku menangis bahagia, Rangga!
Lo kenapa?” Rangga menghapus sebagian tetesan air mata di pipiku.
Gue seneng banget bisa ketemu lagi sama lo!” Air mataku mengalir kembali. Aku memeluknya. Erat. Sangat erat.
Gue kira kita nggak bakal bisa ketemu lagi.” Air mataku mengalir lebih deras. Lagi-lagi Rangga melepas pelukanku dan menyeka air mataku dengan tangan halusnya.
Udah ah, jangan nangis lagi. Dasar cengeng!” Rangga tertawa kecil. Aku kemudian menghapus air mataku.
Kara, kenalin ini Aliya. Dia sahabat gue sejak kecil. Dan Aliya, ini Kara. Yang sering gue ceritain.” Aku bersalaman dengan Kara. Bener kata Rangga, Kara emang cantik dan manis. Seketika aku menyadari kalo Rangga cocok kok bersanding dengan Kara. Nggak lama Bisma memelukku.
Apa kabar Aliya? Gila, long time no see! Kangen gila-gilaan lagi bareng lo!” Aku balas memeluk mamang yang satu ini.
Baik, abis ketemu lo. Apa kabar lo?” Aku memeluk Bisma erat sekali.
Baik, kok. Alhamdulillah.” Bisma melepas pelukannya.
Jadi abis ketemu gue nggak baik nih?” Rangga menatap sinis. Aku kaget. Lalu nyengir.
Ya elah, gitu aja sensi. Becanda kok gue.” Aku mencubit pipinya pelan. Lalu kemudian melepas rindu dengan Reza, Morgan, Ilham, Dicky dan Rafael. Aku juga memperkenalkan Widya pada mereka.

Sementara aku bercanda-canda dengan Widya dan ke-6 personil lainnya, Rangga malah terlihat sangat akrab dengan Kara. Seakan-akan, pelukan tadi hanya formalitas. Aku berusaha menutupi ketidaksukaanku melihat mereka ngobrol.
Aw!” Kara mengaduh. Dia terjatuh. Nampaknya sepatu hak tingginya patah dan membuat kaki Kara keseleo.
Kara!” Rangga menangkap tubuh Kara, sangat pas! “Lo gpp?” Tanya Rangga dengan begitu perhatian.
Aduh, kaki gue. Ini hak gue patah ternyata. Gue gpp kok.” Kara berusaha berdiri, namun ditopang oleh Rangga.
Lo beneran gpp?” Rangga terlihat masih khawatir.
Gpp, gue mau ke mobil dulu, ya. Mau ambil high heels gue yang lain.” Kara tersenyum. Manis. Tapi ternyata dia nggak terlalu kuat. Untuk kedua kalinya dia terjatuh dan ditopang Rangga.
Tuh kan! Lo beneran kuat nggak sih? Biar gue anterin, deh.”
Gue ada ini. Mau gue pijetin sebentar?” Aku mengeluarkan obat gosok dari dalam tas. Kara terduduk dan tersenyum, lalu mempersilahkanku untuk memijitnya sebentar.
Pelan-pelan ya, Al.” Rangga berpesan. Aku menoleh dan tersenyum.

Kara sudah merasa baikan. Rangga melarangnya untuk jalan ke mobil, dan meminta tolong pada assistennya untuk mengambilkan high heels Kara yang lainnya. Aku pamit ke kamar mandi untuk mencuci tangan. Di perjalanan menuju kamar mandi, aku masih mengingat betul betapa perhatian Rangga akan Kara sangat besar. Aku masih ingat bagaimana Rangga khawatir akan Kara. Aku pun rindu akan perhatian Rangga, aku merindukan sosoknya yang begitu memperhatikanku. Aku meluapkan semua rasa yang aku pendam, kini tangisan itu tak lagi hanya di dalam hati. Ini begitu menyakitkan, Rangga! Biarlah kamar mandi ini menjadi saksi bisu akan tangisan teruntuk Rangga. Tiba-tiba aku merasakan sebuah pelukan. Aku menoleh ke belakang. Widya.
Al, gue udah tau apa yang lo pendem selama ini. Mata lo itu nggak bisa boong, Al. Lo harus jujur sama Rangga. Lo harus bilang semuanya ke dia, biar dia sadar, bahwa elo selama ini ada.” Aku tersenyum sembari menangis. Apapun yang terjadi, aku belom sanggup mengatakan semua ini pada Rangga. Toh aku sadar bahwa cintaku telah bertepuk sebelah tangan. Kami segera kembali ke backstage. Ku lihat Rangga masih berdua disana.
Makasih ya, Al. Kaki gue udah agak mendingan.” Ucap Kara dari tempat duduk. Aku membalasnya dengan senyuman, yang kukira tulus.

Jam 12, acara dimulai. SM*SH perform sebagai opening dan juga closing. Closing mereka menyanyikan lagu ‘Kau Gadisku’. Disitu, terlihat sekali kemesraan antara Rangga dan Kara. Aku mencoba tersenyum, namun itu sulit. Setelah mereka turun panggung, aku segera pamit pulang. Aku ngerasa nggak kuat kalo harus lama-lama ada disitu. Menikmati kedekatan Rangga dan Kara? Dikiranya aku wanita berhati baja?
Kok cepet banget, Al? Nggak mau nongkrong bareng dulu?” Tanya Bisma sambil mengelap peluh di wajahnya.
Gue ada urusan sebentar, mang! Lain kali aja ya!” Aku memeluknya sebentar. Aku harus buru-buru pergi meninggalkan tempat itu. Air mata ini tidak dapat lagi terkontrol. Aku pun menarik tangan Widya dengan sedikit paksaan.
Al!” Rangga menarik tanganku.
Sorry, tadi gue udah ditelepon sama nyokap.” Aku berusaha nyengir sebiasa mungkin. Namun Rangga malah membawaku ke pojokan backstage.
Lo kenapa?” Rangga memegang pundakku erat. Dan aku pun akhirnya membiarkannya melihat tetesan air mata yang mengalir deras melewati pipiku.
Kenapa nangis?” Rangga berusaha tenang. Aku tau, dia panik melihatku menangis.
Gue gpp kok, ngga. Mungkin perasaan seneng karena bisa ketemu lo lagi masih kebawa sampe sekarang.” Aku memeluknya erat.
Gue nggak percaya kalo lo nggak kenapa-kenapa. Gue nggak percaya kalo ini tangisan yang sama kayak tadi pagi. Al, bilang sama gue. Apa salah gue sama lo? Apa perbuatan gue sampe gue bikin lo nangis kayak gini? Sikap lo sejak kita ketemu itu beda, Al.” Aku nggak kuat kalo harus jujur disini.
Al, kalo lo nggak mau ngomong disini, mendingan kita ke mobil.” Aku mengangguk dan menatap Widya. Widya membalasnya dengan senyuman dan satu anggukan.

Sekarang Cuma ada kita berdua. Lo udah mau cerita?” Kami telah duduk di dalam mobil. Aku menarik nafas dalam-dalam.
Lo berubah, ngga. Lo bukan lagi Rangga yang gue kenal dulu. Lo nggak pernah inget sama gue, bahkan kita sampe lost contact 2 bulan. Lo bukan lagi Rangga yang perhatian sama gue. Ya, mungkin perhatian lo tersita buat SM*SH dan.. Kara. Gue pernah berharap, seberharga apapun SM*SH dan Kara di mata lo, setidaknya masih ada nama gue disitu. Tapi ternyata gue salah. Bahkan nama gue udah nggak ada lagi. Gue dateng kesini, yang lo lakuin apa? Lo asik ngobrol sama Kara! Padahal, gue dateng kesini buat lo. Walaupun gue juga kangen sama anak-anak lain, tapi yg lebih gue kangenin itu elo. Cuma waktu lo nggak ada buat gue. Kalo gue tadi nggak pamit pulang, mungkin lo pikir gue udah nggak ada ya disitu?” Air mata ini terus mengalir.
Al, bukan itu sebenernya maksud gue. Gue Cuma..”
Cuma keasikan ngobrol sama Kara dan akhirnya nyuekin gue?” Aku memotong pembicaraannya.
Sorry, pembicaraan gue dan dia ngalir gitu aja. Gue kalo udah ketemu dia ya gitu, jadi lupa segalanya. Karena gue terlalu larut dalam topik yang kita bahas.”
Fine. Semuanya kayaknya udah jelas kok. Sorry, kita nggak bisa lagi kayak dulu gue rasa. Lo berubah, ngga. Mungkin Kara yang lebih lo butuhin sekarang. Demi Allah, gue gpp, ngga. Gue ngehargai banget elo. Kalo emang kita nggak bisa deket layaknya sahabat, mungkin kita bisa deket layaknya temen. Gue.. cabut dulu, ya! Sukses buat SM*SH.” Aku mengambil tasku dan tersenyum pada Rangga.
Al, gue boleh nanya satu hal sama lo?” Rangga menarik tanganku. Aku hanya mengangguk.
Lo jealous? Sama Kara?” Aku kaget. Jealous? Apa mungkin?
Gue Cuma iri karena sebagian besar waktu lo selalu untuk Kara. Gue nggak jealous, ngga.” Aku tersenyum. Terpaksa.
Lo jealous, Al!” Rangga masih bersikeras.
Maaf, mungkin cara yang gue pake salah. Tapi Cuma ini yang bisa gue lakuin untuk membuktikan perasaan lo ke gue, Al. Gue dan Kara nggak seperti yang lo pikirin, nggak seperti yang media beritakan. Gue Cuma pengen tau reaksi lo. Gue Cuma pengen tau ekspresi lo. Karena gue nggak pengen ketika gue mengungkapkan perasaan gue tapi lo nggak ngerasain apa yang gue rasain, dan akhirnya persahabatan yang udah kita jaga sejak kecil rusak gitu aja. Lo kira gue nggak kangen sama lo? Lo kira gue diem aja waktu gue sadar kalo lo jealous dan hati lo sakit? Lo kira waktu lo nangis tadi, gue biasa aja? Gue ngerasain apa yang lo rasain, Al! Gue tau arti dari semua bahasa tubuh lo. Karena rasa ini tumbuh di hati gue sejak lama, bahkan jauh sebelum gue akhirnya kenal SM*SH. Tiap gue pengen bilang ini ke elo, gue takut. Gue takut lo jauhin gue dan kemudian hubungan persahabatan kita berakhir gitu aja. Gue sayang lo, Aliya Saraswati. Satu hal yang mungkin harus lo tau, gue pengen elo, untuk besok dan seterusnya yang ada disamping gue. Gue Cuma pengen elo.” What a surprise! Aku memeluknya erat. Nggak ada perayaan, nggak ada jawaban iya. Cuma kita berdua yang tau bahwa telah terjadi sesuatu di hari ini. Gue juga sayang elo, Rangga Dewamoela Soekarta. Terima kasih untuk semua cara yang salah ini.



»»  READMORE...

I'm The Last For You

  Malam ini gue gak bisa, tidur. Satu hal absurd udah gue lakuin. Tadi siang, sehabis pulang sekolah. Gue nembak cewek. Dia temen kelas gue. Ya, emang gak ada yang salah dengan nembak seseorang. Tapi, yang gue sendiri gak ngerti, gue belum kenal banget sama cewek itu. Dia anak baru pindahan luar kota, dan baru semingguan ini masuk di sekolahan gue.
                Bayangin aja, satu-satunya info yang gue tahu soal dia adalah namanya doang. Annisa Nabila, itu dia namanya dan dia sering dipanggil Nisa. Gue gak pernah pedekate sama dia, bahkan ngasih tanda kalo gue naksir dia juga gak pernah (menurut gue sih). Jujur, gue sendiri gak ada perasaan spesial dengan dia, tapi mungkin ada  rasa ‘penasaran’ ke dia.
                Gue berencana, besok bakal narik kata ‘ Mau gak lo jadi cewek gue’ yang udah gue ucapin tadi pagi. Tapi, kayaknya terlalu arogan, gue gak mau nyakitin perasaan cewek. Gue sayang banget sama mama gue, dan nyakitin perasaan cewek sama aja kayak nyakitin perasaan mama.
                Besoknya, pas istirahat, gue minta Nisa buat nemuin gue di pintu gerbang sekolah sehabis pulang sekolah. Gue minta dia nemuin gue buat tau apa jawabannya tentang pertanyaan gue kemaren.
Tiba saatnya pulang sekolah, Nisa udah nungguin gue di gerbang sekolah. 
Jadi gimana jawaban lo? Eh eh, gimana jawaban kamu?,”kata gue meralat perkataan sebelumnya.
Aku mau jadi cewek kamu kok, Bisma,” kata Nisa, sedikit tertunduk. Entar karena malu atau apa, entahlah.
                Hampir aja gue nyakitin seseorang yang ‘ada rasa’ sama gue. Semenjak saat itu lah, gue baru ‘penjajakan’ sama Nisa. Nanya ini itu, hampir setiap malam pun kami telponan. I think, I’m gonna love my love.
                Hubungan gue sama Nisa, udah berjalan hampir 3 bulan. Dan gue pun makin sayang sama dia. Kita sering jalan bareng, nonton, ke toko buku, dan banyak hal menarik lainnya. Sampai suatu hari, gue janjian sama dia buat ketemuan di toko buku, katanya dia pengen nyari novelnya Raditya Dika, penulis favoritnya. Selera humor Nisa cukup tinggi, gak seperti bayangan gue sebelum pacaran sama dia.
                Sejam-dua jam, telah berlalu, gue udah capek nungguin Nisa, tapi dia gak datang-datang juga. Gue telpon handphonenya berkali-kali tapi gak diangkat. Gue pun pulang ke rumah.
                Besoknya, gue berangkat ke sekolah. Dan ternyata Nisa gak masuk, gue tanya pengurus kelas soal kabar Nisa, dan mereka juga gak dapat info apa-apa. Tidak ada surat sakit maupun izin. Sepulang sekolah, gue mencoba hubungin hape Nisa, tapi gak aktif. Gue pun menuju rumah Nisa, dan sesampainya di sana. Pagarnya terkunci rapat, dan sepertinya gak ada orang di rumah itu. Gue pulang dengan perasaan bertanya-tanya. Belum jauh dari rumah Nisa, ada mobil yang berusaha ngeberentiin laju kendaraan gue. Ternyata itu Om Yusuf dan Tante Anne, kedua orang tua Nisa.
Tante, Om! Nisa kemana ya?”, tanyaku langsung tanpa basa basi.
Nisa di rumah sakit, nak Bisma”, kata Tante Anne sambil tertunduk, agaknya ia menyeka air matanya.
Di rumah sakit? Nisa kenapa,tan? Nisa sakit apa?”tanya ku kaget.
Mungkin kamu bisa langsung ke rumah sakit aja sebentar, nak Bisma”, kata Om Yusuf, kemudian memberitahuku di rumah sakit mana Nisa di rawat.

                Malamnya, aku menuju Rumah Sakit sambil membawa bungkusan martabak keju kesukaan Nisa. Sesampainya dirumah sakit, gue ngeliat Nisa terbujur di atas tempat tidur, koma. Gue kaget. Gue gak nyangka Nisa separah ini di rumah sakit.
Nak Bisma, ini adalah kotak yang berisi barang-barang berharga Nisa. Mungkin kamu bisa membukanya,nak.  Nisa melarang siapa-siapa membukanya. Tapi tante yakin, Nisa gak bakalan marah kalau kamu yang membukanya” kata tante Anne sambil memberi ku sebuah kotak yang cukup besar.
Ngg… Iya, tante” ujar gue.
                Pas nyampai rumah, gue langsung ngebuka kotak ‘berharga’ nya Nisa. Di dalamnya ada banyak benda-benda. Salah satunya boneka teddy bear yang pernah gue kasih ke dia. Juga ada sobekan tiket nonton film, dan yang  paling menyita perhatian gue adalah sebuah diary. Diary berwarna cokelat muda yang di sampulnya tertulis ‘Nisa’s Dairy’. Gue penasaran liat isinya, tapi gue urungin. Besok aja, gue pengen baca bareng Nisa, semoga aja dia udah siuman besok.
                Besoknya, sehabis pulang sekolah , gue langsung cabut ke rumah sakit. Gue udah gak sabar ketemu dengan orang yang amat gue sayangin ini. Sesampainya dirumah sakit, gue ngeliat Om Yusuf dan tante Anne menangis tersedu-sedu di luar kamar perawatan nisa.
Ada apa ini,Om? Ada apa dengan Nisa?” tanya gue panik. Om Yusuf dan Tante Anne masih saja tersedu. Karena penasaran, gue masuk ke ruangan. Gue ngeliat Nisa terbujur kaku di tempat tidur, tanpa alat bantu medis apa-apa lagi. Air mata gue langsung jatuh. Gue langsung meluk  Nisa, mungkin untuk terakhir kalinya.
Why the hell you have to leave me?  I love you,Nis! I do love you!” pelukan gue makin erat, dan makin ngebuat hati gue miris. Gue teringat akan diary Nisa, yang belum sempat gue baca semalem. Gue pun ngambil diary Nisa dari dalam tas gue dan segera membacanya.

25 Oktober 2010
Dear diary, hari ini hari pertama aku masuk di SMA Angkasa. Hari itu, aku langsung suka sama cowok berbehel di kelasku. Aku belum tahu namanya sih :/ Siapa ya kira-kira nama cowok itu?

26 Oktober 2010
Dear diary, tau gak? Aku udah tahu siapa nama cowok berbehel itu! Nama lengkapnya Bisma Karisma! Tadi pas diabsen sama guru, aku memperhatikan dirinya baik-baik, dan sampai nama ‘Bisma Karisma’ disebut, dia langsung mengacungkan jarinya! Tidak salah lagi itu pasti namanya. :)

28 Oktober 2010
Dear diary, hari ini sial banget! Penyakitku kambuh lagi! Ya, seperti yang kau tahu kanker otak sialan ini benar-benar mengganggu. Tapi, tahu gak? Tadi pas aku hampir pingsan di toilet, Bisma nolongin aku loh! Hehe, senang deh rasanya.
Ya! Hari itu gue pernah nolongin dia. Dia jalan sempoyongan  dari arah toilet. Awalnya, diagak mau ditolongin, tapi karena kayaknya udah gak kuat lagi dia pingsan, gue buru-buru menggendong dia ke ruang UKS.

4 November 2010
Dear diary, hari ini aku kaget banget! Bisma, nembak aku loh. Aku kaget setengah mati. Aku fikir dia gak ada rasa sama aku, habisnya dia cuek banget sih. Aku bahkan belum sempat berterima kasih ke dia karena beberapa hari yang lalu sempat menolongku. Dia terlihat cuek sekali. Aku terima Bisma jadi pacar aku atau nggak ya?

5 November 2010
Dear diary, hari ini aku resmi jadian sama Bisma. Aku bener-bener gak nyangka dia punya rasa yang sama kayak aku. Semoga aku dan Bisma benar benar berjodoh.  amin :)

27 November 2010
Dear diary, hari ini Bisma ulang tahun. Aku beliin dia jam tangan. Semoga aja dia suka sama jam tangan itu :) Happy birthday, my heart!

5 desember 2010
Dear Diary, hari ini tepat anniv sebulan aku sama Bisma. Dia ngasih aku boneka teddy bear! Lucu banget deh. Makasih ya,my heart! :*

Gue menyeka air mata sambil membaca diary Nisa.

24 Januari 2011
Dear Diary, hari ini aku janjian sama Bisma di toko buku. Aku pengen beli novel penulis favorit ku, tapi kayaknya kanker otak sialan ini kambuh lagi deh. Ini aku siap-siap ke rumah sakit buat periksa kondisi aku. Maafin Nisa ya, Bisma :’(

Gue buka halaman di sebelahnya lagi dan ternyata udah kosong, itu adalah tulisan terakhir Nisa. Tulisan dimana hari itu, gue kesel banget sama dia karena dia gak nepatin janjia nya dan gak ngasih kabar apa-apa ke gue.
Mungkin tuhan pengen gue yang nemenin lo sebelum pergi,Nis.

Now, you leave me,dear. I love you so much. I love you sooo much. There are things that used to make me smile. And those all are you.
I’m so proud, I’m the last for you :’)


»»  READMORE...

Curahan Hati

Akhir Cerita Cinta


Sekian tahun ku mencoba memendam ini……

Aku berfikir hingga kapan ???

Tapi ku rasa ini lah saatnya …

Saat dimana aku harus pergi meninggalkan mu…

Ku juga manusia, ku memiliki rasa…

Ketika dirimu berkata “ku menyayangimu”..

Aku merasa itulah awal dari segalanya yang berjalan sekian tahun…

Sekian tahun ku jalani dengan penuh kesabaran…

Setiap bertatap muka dengan mu…

Aku akan memendam rasa lelahku…

Akan ku pendam rasa sayangku..

Rasa cintaku,,

Karena aku tidak ingin kau semakin mengetahui semua ini…



Tapi aku masih berat meninggalkanmu…

Berat rasanya menghindar darimu…

Berat rasanya melepasmu..

Mungkin hari-hari ku tak akan seindah biasanya…

Mungkin tak ada senyuman lagi di hidupku…

Karena bagiku dirimu adalah senyum dan semangatku….

Bagiku kau adalah mentari yang menyinari hariku…

Rembulan yang menemani malamku….



Hidupku kan terasa hampa…

 Hidupku kan terasa sepi…

Ku akan merindukan tawa mu,,,

Ku akan merindukan air mata kesedihanmu…

Ku akan merindukan suara berisik dari mu…

Ku akan merindukan peluk hangat dari mu….



Akan kah keputusan ku untuk melupakan mu tepat ???

Akankah aku bisa tanpa mu….



Dan mungkin kata “ selamat tinggal “

Membuatku lebih mampu untuk bisa melupakan mu…

Kata “ semoga kau bahagia “

Kan kuucapkan pada mu….

Itulah akhir cerita cintaku …

Akhir bukan berarti akhir kehidupanku…

Tapi aku akan kembali mengawalinya dengan senyuman …

Akan ku simpan kenangan indah yang hangat bersamamu….



Untuk mu yang mengisi tahun-tahun ku dengan penuh warna….

Semoga kau bahagia di sana ,,,

Bersama kehidupan baru mu….
»»  READMORE...

Cerpen


Ku dan Segalanya di Hidupku


Perlahan aku berjalan menaiki  jalan setapak menuju sebuah danau, bau tanah dan rintik hujan menemaniku menjelajahi petualangan tersebut, aku  tersenyum melihat sesosok pria telah menungguku. Aku  mempercepat langkahku, mencoba menggapainya lebih cepat. Tak peduli hujan yang semakin deras, dan beceknya tanah khas pedesaan mengotori rok panjang putihku.
“DOR~! Hayo, nglamunin aku ya!” ujarku berniat mengagetkannya.
“Kamu kok telat banget sih? Tuh kan, udah tambah gelap. Lilinnya udah mati semua.. Kena air hujan tuh!”, jawabnya sambil menatap terus kearah lilin-lilin kecil, yang telah padam terkena air hujan.
Lilin berwarna merah, warna kesukaanku, jawabnya sambil terus menatap terus kearah lilin-lilin kecil yang beberapa telah padam terkena air hujan. Lilin berwarna merah, warna kesukaanku, yang telah ditatanya sedemikian rupa membentuk hati.Ya, memang. Lilin-lilin itu sangat indah. Aku melihatnya sekilas sebelum semuanya mati satu persatu. Namun, menurutku lebih indah melihat senyumannya daripada lilin-lilin yang telah padam tersebut. Jauh lebih nyata dan indah, itu kosakataku sendiri.
“Aneh, ya? Tadi tuh di sekolah panas banget! Sekarang disini hujan lebat..”, ujarku memperbaiki suasana yang sepi itu.
“Haha… Matahari sama hujan kuatan matahari kali.. Buktinya matahari belum mati setelah miliaran tahun hidup menemani manusia, sedangkan hujan dalam beberapa hari dapat hilang”, jawabnya panjang lebar.
“Kamu lama nunggu ya? Aku minta maaf banget!”, katamu memohon.
“Nggak kok, baru ajaa.. Aku Cuma bercanda tadi”, sambil nyengir kuda.
“Maaf ya, kemarin aku nggak bisa menemani kamu check up ke dokter. Maklum kemarin ada pengayaan.. Gimana kata dokter?”, tanyaku dengan lembut namun dengan nada khawatir.
“Nggak papa kok. Aku ‘baik’ . Aku akan selalu baik kalo ketemu sama kamu..”, ujarnya. Sekali lagi dengan senyuman jahil khasnya.
“Yaaa.. Maunyaa…”Yah… Aku tahu keadaannya. Dia kuat diluar, namun rapuh didalam.
Entah apa yang membuatnya selalu tegar menghadapi cobaan tersebut.Seolah kehabisan kata-kata, kita hanya terdiam. Sore itu, kamu dan kekasihmu, Dika, mengunjungi danau itu untuk yang kesekian lainnya. Itu adalah danau favorit kita. Tempat dimana kita pertama bertemu, berkenalan, bahkan mengerjakan segala sesuatu bersama-sama.Danau Abadi. Yah.. Begitulah Dika menamakan danau itu. Memang terdengar aneh, beberapa kali aku  menanyakan mengapa dia menamakannya seperti itu. Dan Dika menjawab,
“Agar nanti saat aku tak ada kamu tetap dapat mengenangku disini. Dimana kamu dapat mengenang masa-masa awal kita bertemu, sampai saat ini”.
Sekali lagi, dia menjawabnya dengan senyum jahil khasnya.
“Kamu pernah nyadar gak tentang sesuatu di danau ini?”, tanya Dika.
“Nyadar apaan? Perasaan selama 4 tahun kita pacaran, keadaan danau ini sama aja deh..”, katamu.
“Dasar nggak peka! Itu loo.. Berang-berangnya.. Aneh aja, masa musim panas main di danau..”, jelasnya.
“Apanya yang aneh? Perasaan dari dulu deh kayak gitu..”, ujarmu nggak ngerti.
“Bukan itu maksudku. Mereka itu kan sepasang. Dari dulu aku perhatiin mereka itu saling setia rasanya. Mereka nggak gonta-ganti pasangan. Kamu mau nggak, kalo aku udah nggak ada nanti, kamu mau kan cari orang lain buat jagain kamu? Yang lebih sehat, yang nggak sakit-sakitan?”Pertanyaannya membuatku tereyuh.
“Aku gak pernah kepikiran hal itu”, batinmu.
“Dulu, Dika itu optimis, Ika itu tegar, kemana Ika yang dulu?”, tanyamu kepada Dika.
“Sebentar, aku belum selesai bicara. Aku hanya berjaga-jaga. Nanti kalau aku sudah tidak ada, supaya kamu tak ragu untuk mencari penggantiku”, jelasnya dengan nada lirih.
“Dika.. Kamu harus optimis. Coba lihat matahari itu. Dia memang selalu terbit dan terbenam tiap hari. Ibaratkan matahari itu kamu. Itu tandanya kalau ada terang kan setelah gelap! Pasti ada harapan buat kamu, sekecil apapun itu!”, ujarku.“Aku nggak bakal baik-baik aja, kalau kamu pergi, Dika. Aku membutuhkanmu. Kita semua, sekolah, sahabat kita, semua membutuhkanmu..”, ujarku.
 Namun Dika hanya menanggapinya dengan senyuman nan tak ikhlas. Dika selalu berjanji akan selalu menjagaku, di sisa umur hidupnya di dunia ini. Dia hanya tersenyum saat aku memintanya menjagaku selamanya.Kita kembali terdiam, menatap air danau yang tampak kekuningan, yang membiaskan cahaya matahari yang tenggelam. Daun-daun kuning mulai berjatuhan, tanda tak kuat lagi menahan derasnya air hujan.
“Pulang yuk, kamu nanti sakit, soalnya udah sore. Aku juga harus minum obat, biar bisa jagain kamu selamanya”, sekali lagi diar berkata sambil tersenyum jahil. Kita berjalan menyusuri jalan setapak menuju rumah. Maklum kita bertetangga. Namun kali ini dengan saling bergandengan tangan. Aku menggenggam jemarinya erat-erat. Seakan takut kehilangannya.
                Keesokan paginya,Semilir angin mengiringi langkah kalian berdua, menuju gedung SMA kita.  sekolah kita yang telah menjadi rumah kedua untuk menghabiskan waktu berduaan.
“Pagii Abang  Dika”
“Pagii Kak”
“Morning Kak Dika”Selalu begitu. Setiap pagi tidak ada yang tidak menyapa Dika jika berpapasan. Dika orang yang ramah, begitu komentar orang yang pernah kenal Dika. Mereka menyukai Dika karena kesupelannya dalam bergaul. Mereka berkata bahwa aku beruntung mendapatkan Dika. Dan aku setuju dengan pernyataan itu.
“Pagi Wulan”, sapa cowok yang rupanya bernama Bisma.Bisma adalah sahabatku dan Dika, tempat  curhat jika ada rasa kesal antara aku dan Dika, Bisma bisa dibilang orang yang menjodohkan kita  sekaligus dokter cinta kita.
“Jangan panggil aku Wulandong. Aku kan bukan cewek..”, protes Dika.
Aku hanya bisa tersenyum gelid an menimpali,  Bisma
” Dika.. Main basket yuk! Aku pengen nyoba ngalahin kamu.. Masa seminggu ini aku terus yang kalah?”
“Nggakpapa dong..”, ujar Dika.
“Mau main ngak nih?”, ujarku menengahi perdebatan. “Kamu bolehin nggak?”, tanyanya. Aku hanya mengangguk kecil tanda mengijinkan.
“Oke Bisma … Ayo!”, ujar Rangga. Lagi-lagi dengan senyuman khasnya. Dika segera merebut bola basket dari tangan Bisma, mendribblenya, dan meng-SHOOT-nya. Rupanya masuk. 3 point! DIa pun segera melompat-lompat, lalu membuka bajunya, dan memutar-mutar bajunya di udara. Layaknya orang yang baru mendapat uang US$100M.
“Berapa lama lagi dia sanggup bertahan dalam situasi seperti ini ya Tuhan?”, batinku.
Aku tahu bahwa Dika berada di masa-masa sulit. Aku tahu betul bahwa dia mendapatkan sesuatu hal yang tidak diinginkan. Aku sudah berjanji tidak akan menangis mengingat tentang Dika, namun mataku tidak ingin bekerja sama. Air mataku sudah menetes. Besok, sekarang, maupun tahun depan, dia pasti akan pergi. Aku  tidak sanggup menerima kenyataan tersebut. Dika sudah mau bertahan untukku, untuk menjagaku, untuk pengorbanannya aku ucapkan terima kasih.aku  tak ingin Dika  mengetahui bahwa aku sedang menangis, maka aku segera berlari menuju kelas.
Aku mendengar suara Dika, mengalun dari suatu ruangan. Yang menciptakan suatu harmoni, kesimetrisan antara suara Dika dan piano berdenting yang sedang dia mainkan. Aku  membuka pintu ruangan itu dan menemukan sosok Dika yang sedang duduk memainkan pianonya dengan semangat. Aku  mengamatinya tanpa berkedip. Setelah aku sadar dari lamunanmu, aku melihatnya  meberi isyarat untuk duduk disebelahnya, tiba-tiba jemarimu ikut bermain dalam tuts-tuts hitam putih itu, memainkan piano itu berdua. Tak lupa berduet lagu tersebut. Yang menyemburkan seni yang lebih indah daripada sebelumnya. Yang membuat semua dalam ruangan itu bergidik, serasa mendengar suara dari surga.
                Prok prok prook…………
“Ciee… Tempat pacarannya pindah…. Yang dulu danau sekarang ruang kesenian…”, ledek Rafael.
“Romeo Juliet kita tambah kompak aja nih… Prikitiew…”Semua teman-temanmu menggodamu, tentu saja pipiku  langsung merona merah karena malu. Mereka semua adalah tim teater SMAku, kita memang latihan langsung di gedung kesenian ini, untuk pementasan drama musikal kalian minggu depan, Romeo dan Juliet.
Setelah Bu Prita, guru pembimbing kami datang, kami segera mulai latihan.aku  pun merasa lega, karena terbebas dari ocehan dan godaan tidak bermutu , yang berasal segerombol anak teater yang mulutnya memang sudah terkenal jahilnya satu sekolahan.Kebetulan aku dan Dika dipasangkan menjadi Romeo dan Juliet dalam drama tersebut, untuk sementara latihan masih berjalan lancar.Sampai ending, semua mata masih beronsentrasi mengamati aktingku dan Dika, menanti bagian yang paling penting. Semua fokus dan tampang serius, namun ada juga pihak yang tidak serius…Lihatlah! Apa yang akan dilakukan Dika kali ini ?
“Juliette sayang,,,”, panggilnya lembut.
“Yaa??”
“Tolong… Aku minta tolong sama kamu.. Ini menyangkut hidup aku selamanya…”, ujarnya serius.
“Ucapkan saja apa yang kamu butuhkan, maka aku sebagai wanita yang mencintaimu akan menolongmu, Romeo-ku..”, jawabmu.
“Tolong bayarin pizza di tukang depan sekolah dongs….”, ujar Dika memelas..
“HAHAHAHAHAHAHAHAHA…”, semua tertawa keras.
“Romeo-nya kere!”, komentar salah satu siswi.
Dika hanya bisa nyengir tanpa dosa dan menggaruk-garuk belakang kepalanya, yang sama sekali tidak gatal.
“Kamu ini bercanda saja… Sudah-sudah, latihannya kita lanjutkan besok, kesuluruhan sudah bagus, tingkatkan lagi, dan jangan main-main”, ujar Bu Prita.Lihatlah, lihatlah tingkah laku Dika .Padahal baru beberapa menit lalu dia menghapus darah segar yang mengalir dari hidungnya, dan dia masih bisa membuat keceriaan di ruangan ini. Membawa kebahagiaan bagi kalian, tim teater.
“Arrgh.. God.. Kalau boleh.. Dapatkah aku menggantikan posisinya?”, batinku sedih.
Hari berganti hari, dan minggu pun terus berganti. Hari pementasan pun tiba. Kita didandani dengan kostum bak pangeran dan putri, dan make-up artis terkemuka langganan artis ibu kota.Panggung megah yang didekorasi seperti berada di Italia sana, dekorasi yang menurutmu terlalu megah untukku dan Dika, membuat kita semakin gugup. Dika  pun berkeinginan menenangkanku,
“Lihatlah ke arah kanan. Akan ada Romeo yang kau cintai. Saat ini kamu adalah Juliette-ku, dan aku adalah Romeo-mu. Ulurkanlah tanganmu, dan ingatlah, disana ada Romeo yang kamu cintai. Romeo yang berjanji menjagamu selamanya, sampai maut tak berani memisahkan kita. Kamu tak sendirian. Aku pun begitu. Aku punya kamu di sini”, seraya memegang tanganku dan meletakkannya di dada Dika
Panggung yang berdekor megah, membuatku berdebar-debar saat menjalani lorong gelap menuju panggung tersebut. Kata-kata Rangga masih terngiang di benakmu,
“Ulurkanlah tanganmu, maka ada Romeo yang kamu cintai”. Semua arahan dari Bu Prita terselesaikan hari ini. Bu Prita terlihat memasang senyum terindahnya untuk tim asuhannya.Adegan demi adegan terlihat sangat alami, karena adanya dukungan dari orang-orang sekelilingku, tanpa godaan-godaan nakal anggota teater lain. Setiap pemain terlihat serius.Tibalah saat yang paling ditunggu-tunggu, yaitu pada saat ending. Sempat terbesit di pikiranku bahwa Dika akan memintaku melunasi hutangnya di tukang pizza.
Kini Dika sedang berakting, seolah mencariku, Sang Juliet-nya..Sampai akhirnya kita bertemu, dibawah sebuah pohon rindang, di suatu malam yang bertabur bintang nan terang.
“Kamu tahu, bahwa aku ingin terus menjagamu di sisa hidupku. Aku selalu menginginkanmu di saatku terpuruk, saat senang, saat sepi, saat tawa, saat tergelap dan terangku, namun satu hal yang harus kamu ingat. Bila ujung waktuku tiba, bila aku harus meninggalkanmu sendiri, pergi dari dunia ini, ada pengecualian. Aku tidak ingin kamu menemani aku. Masa depanmu masih panjang, aku tak memintamu tetap disisiku selamanya.”
Semu terdiam, suasana gedung menjadi sepi senyap, laksana malam di kisah.
“Bukan! Ini bukan dialognya, kamu salah”, dalam hatiku berkata. Aku sempat panik dan menginjak kakinya, namun Dika tetap menatap mataku yang hitam legam tanpa bergeming,
“Aku bukan lelaki yang patut kamu cintai. Aku bukan Romeo, yang bodoh, yang harus menyerah pada takdir, untuk mendapatkan yang diinginkannya. Aku hanyalah lelaki yang berserah kepadaNya dan tidak mau mengikuti apa keinginan dagingku. Kamu pun juga bukan Juliette, yang tidak patuh kepada orang tuanya.Kamu buka Juliette yang harus mengakhiri hidup menenggak racun untuk menemui Romeo-nya yang belum tentu jodohnya. Jika waktuku tiba nanti, tetaplah berjuang melanjutkan hidupmu, Julietteku sayang. Sebarkanlah cinta kita, bahwa cinta adalah hal yang sederhana. Yang tidak perlu ditukar dengan nyawa. Kamu hanya cukup mengenangnya di sini”, ucapnya seraya meletakkan tanganku didadanya.
Aku mendadak terdiam. Dialognya memang salah, namun aku dapat melihat, bahwa dia dapat membuat ratusan mata berlinang air mata. Tidak tua, tidak muda, laki-laki, maupun perempuan, merasa terharu dengan ucapannya. Termasuk Bu Prita yang tadi sempat memelototi Dika.Tiba-tiba Dika, menubrukku, dan memelukku dengan erat. Air mataku pun tak dapat ditahan lagi dan aku menangis, tak peduli jika riasanku terhapus.
Sejenak, aku masih mengira Dika masih berakting, namun tubuhnya memberat, dan darah segar membasahi jas sutranya yang berwarna putih. Kamu tak kuasa menopang berat tubuhnya, dan Dika perlahan jatuh dari pelukanmu. “Dika, kamu kenapa Dika …?”, teriakku histeris. Beberapa orang di gedung itu menghampiri. Tubuh lemah Dika digotong beberapa orang menuju sebuah rumah sakit yang terbaik di kotaku. Drama musical ditutup dengan ending yang tidak jelas.
                “Arggh.. Tuhan.. sakit…”, erangnya. Aku  terbangun, bau morfin dan obat bius lainnya menyambut kedatanganku dari wisata dunia mimpi. aku melirik jam tangan pemberian Rangga, pukul 23:40. 20 menit lagi tanggal 6 Januari, hari ulang tahun Dika yang ke 23.
“Kamu gakpapa, Dika?”, tanyaku khawatir.
”Aku selalu ‘baik’ kok..”, katanya. Aku  tak kuasa menahan tangismu,
“Nggak papa gimana? Kamu tadi pingsan ! Pingsan! Aku gak mau kehilangan kamu! Aku nggak siap!”, teriakku histeris.
“Jangan nangis sayang.. Aku sayang kamu, dan aku tahu kamu juga sayang kamu. Aku mau ngrayain ulang tahun aku”, ucapnya lembut seraya menghapus air mataku menggunakan jemarinya yang ramping
.“Nggak nyangka yaa.. Mama sudah nglahirin aku 23 tahun lalu, dan sekarang aku seperti ini. Aku sudah sebesar ini, punya pacar yang baik dan pengertian seperti kamu. Aku udah bertahan 6 tahun dari penyakit sialan ini. Jujur aku capek. Kalau nggak ada kamu aku nggak tau bakal jadi apa.”, jelas Dika.
Aku  tak dapat membendung lagi air mata kamu dan menangis lagi.
“Kamu ngomong apa sayang?” suaraku bergetar semakin hebat, tangisku tak dapat reda.
“Sayang jangan nangis. Nyanyi dong buat aku. Buat ulang tahun aku..”, ajak Dika yang sudah kebingungan bagaimana cara menenangkanku.
“Tapi nggak pake nangis..”, tambahnya lagi.Aku menatap matanya, matanya selalu teduh dan indah. Kita memang telah membahas tentang ini ratusan kali, jika Dika pergi, membahas bagaimana kelanjutan kisah cintaku. Dika  selalu menyisipkan pesan dan semangat disetiap pembicaraan kita, namun ternyata sulit sekali. Saat ini aku merasa bahwa Dika akan pergi meninggalkanku  dan kamu berharap Tuhan berbaik hati untuk mencabut nyawaku juga. Kamu bernyanyi pelan, dan kamu menangis lagi.
Saat laguku usai, aku melihat jam tanganku, pukul 00.03.
“Happy birthday, Dika.. Happy birthday, Dika.. Happy birthday, happy birthday, happy birthday, Dika …”ucapku lirih, namun tetap dengan tangis berderai. Aku dapat merasakan mata Dika menutup perlahan, tangannya yang mendingin, dan wajahnya yang memucat.Monitor pendeteksi detak jantung di sebelah tempat tidur berubah menjadi garis lurus..
“Makasih, udah mau bertahan selama ini buat aku”, kataku. Aku mengecup pipi Dika, dan duduk di sampinnya. Aku  merasa pandanganku  menjadi gelap. Semua menjadi samar, dan rohku beringsut meninggalkan ragamu, menjadi ringan dan damai. Ya, aku telah menyusul Dika ke sana. Melanjutkan kisah cintaku bersamanya.. selamanya…..
»»  READMORE...

Cerpen

Diary Lama Kekasihku

suatu pagi yang cerah, di pinggir pantai terlhat sesosok manusia yang sedang menatap betapa agungnya mentari pagi menyinari bumi ini. Ia mendengarkan deburan ombak menghempas batu karang, ia merasakan dinginnya air lau yang menyegarkan. Ia berjalan mengelilingi pantai, entah apa yang di lakukannya. Lalu ia melihat sebuah villa yang tidak jau dari situ, ia menghampiri villa itu. Ketika ia memasukki villa itu ia menemukan sebuah buku diary yang tergeletak di sebuah kursi yang berada di balkon menghadap ke arah laut. Lembar demi lembar ia membukanya.
15 january 2011
Hari ini adalah hari pertama aku menempati rumah ini. Aku sangat menikmati pemandangan yang ada di sekitar sini. Lalu suatu saat aku bertemu dengan seorang lelaki, ia menabrakku di sebuah pasar.
Sesaat kemudian lelaki itu menatap betapa indahnya laut hari ini. Kemudian ia mencoba mengingat-ingat kenangan indah masa itu
*****
Ketika sedang asyik melihat-lihat pedagang yang sedang menawarkan barang-barang dagangannya, aku tidak sengaja menabrak seorang perempuan.
“ahw,,, ati-ati dong kalo jalan..” ujar perempuan itu mengaduh kesakitan
“maaf mbak.. gak sengaja…maaf ya” ujarku yang membantu perempuan itu bangkit dari jatuhnya
“makanya mas jalannya tuh pake mata, orang segede ini di tabrak” ujar perempuan itu
“lho mbak bukannya jalan itu pake kaki yahh ,,, hehe” candaku
“ahh.. tau..” jawab perempuan itu dengan jutek dan pergi meninggalkanku
******
Aku pun tersenyum mengingat kejadian itu, kembali ku buka lembar selanjutnya.
17 january 2011
Aku bertemu dengan seorang yang sangat menyebalkan, masa baru ketemu minta kenalan…
Ihh…. Tapi si masnya tadi lumayan juga yahh.. hehe ^_^
******
Aku melihat perempuan yang kutabrak kemarin di pasar, aku menatapnya dari kejauhan. Lalu aku berinisiatif untuk menghampirinya.
“hay mbak..” ujarku sambil nyelonong begitu saja ketika perempuan itu sedang meminum kopinya
“apa sih..” jawabnya
“boleh kenalan gak mbak…” ujarku yang menyodorkan tanganku ke hadapnya. Tapi ia tidak menanggapinya, ia tengah asyik meminum kopinya dengan melihat sebuah buku di tangannya.
“mbaakk?” sapaku
“apaan sihh.. sok kenal tau gak..”
“waduh si mbak … jangan jahat-jahat atuhh,,,” ujarku dengan senyuman
“kenalin mbak aku dicky.. mbak namanya siapa?” tanyaku kembali
“citra” jawab perempuan itu
“ehmm.. bagus,, si mbak ini baca apa sih kayak orang penting ajahh” tanyaku sambil mengambil buku yang ada di genggaman citra
“apaan sihh balikin donkk,,,,” ujarnya yang merengek
“nihh… jangan cemberut atuh.. ayok dah ikut aku jalan-jalan..” ajakku
“kemana.. ntar aku kamu culik,,”
“ih.. kurang kerjaan culik kamu mendingan culik anaknya SBY.. bisa kaya… udah ahh ayok ikut”
“ya dehh” jawabnya yang sedang membereskan barangnya
****
Ku buka kembali lembar selanjutnya.
16 april
Diary… hari ini aku bahagia sekali, dicky bilang dia sayang aku. Seneng deh.. aku sama dia resmi jadian hari ini. Dia njuga mengajakku pergi ke pantai. Ternyata dicky orangnya romantic. Aku semakin sayang ke dia. Hehe …
20 april
Diary dicky mengajakku ke sebuah tempat yang indah sekali, dia ingin bersama ku selamanya begitu ucapnya. Oh my god.. aku bahagia sekali….

16 juni
Diary kurang 2 hari lagi dicky ulang tahun,, aku ingin memberikannya sebuah kejutan.. semoga lancer kejutanku untuknya…

***
Hari ini aku sedang berada di rumah, aku menunggu citra untuk dating ke rumah. Karena kemarin ia berjanji akan dating kemari, sembari terus melihat jam aku mentap ke arah pintu tapi citra tidak muncul juga.
1 jam kemudian…
“dicky maaf aku telat,,” ujar citra yang memasukki rumah dengan terburu-buru
“ehm yahh.. it’s ok kok…” jawabku datar
“jangan marah donk…..” kata citra ssambil menarik-narik bajuku bak anak kecil yang tidak mendapat mainan.
“ayo ikut akuhh…” ujar citra yang kali ini menarik tanganku
Aku hanya menurut saja, setelah berjalan cukup lama. Kami sampai di tepi pantai.
“ kau tunggu sini…” ujar citra yang berlari entah kemana
Aku duduk di sebuah batang kayu yang cukup besar, aku menaap langit kemerahan yang menandakan matahari akan tenggelam. Ketika matahari akan tengelam citra muncul membawa sebuah kue tart dan menyanyikan lagu happy birthday. Aku melihat citra yang di sinari cahaya kemerahan dari sang mentari,
“hah…” aku melongo
“kenapa… gak suka” kata citra merengut
“aku suka kok.. makasih sayang,,” ujarku
“ tiup donk… make a wish dulu”
“tuhan aku ingin semoga ia berada di sisiku selamanya…”
“aminnn,,,,” jawabku dan citra bersamaan
Lalu kami berdua menikmati sunset yang indah .
****
Ketika mengingat kejadian itu aku tersenyum karena citra sangat mengejutkan. Ia selalu memberikan kejutan-kejutan kecil untukku. Tapi akupun sebaliknya, aku sangat senang membuatnya tertawa bahagia.
Sesaat kemudian aku di kagetkan oleh sesosok wanita yang memeluk pundakku.
“sayang…” ujarku
“sudah 5 tahun kita menikah.. tapi aku tetap mencintaimu…” ujar wanita itu.
“yah citra,, aku mencintai mu …” jawabku, sambil memeluk istriku tercinta, citra.
“mama… liat dehh…” teriak seorang anak di tepi pantai yang sedang bermain-main
“ya sayang..” jawabku, anak itu adalah buah cinta kami selama 7 tahun.
Ketika aku membuka lembar terakhir di diary lama istriku,

Diary…
Aku sangat mencintai suamiku, dicky.
Dia adalah orang yang sangat mengagumkan… terima kasih sayang kau telah memberikan warna yang indah dalan hidupku…..



»»  READMORE...

Cerpen

Katakan Cinta Sebelum Terlambat

Bisma dan Tina sedang duduk bersama di taman kampus tanpa melakukan apapun,
hanya memandang langit sementara sahabat-sahabat mereka sedang asik
bercanda ria dengan kekasih mereka masing-masing.


Tina: "Duh bosen banget. Aku harap aku juga punya pacar yang bisa berbagi
waktu denganku."

bisma "Kayaknya cuma tinggal kita berdua deh yang jomblo. cuma kita berdua
saja yang tidak punya pasangan sekarang."
(keduanya mengeluh dan berdiam beberapa saat)
Tina: "Kayaknya aku ada ide bagus deh. kita adakan permainan yuk?"
bisma: "Eh? permainan apaan?"

Tina: " Eng. .. gampang sih permainannya. Kamu jadi pacarku dan aku jadi
pacarmu tapi hanya untuk 100 hari saja. gimana menurutmu?"

bisma: "Baiklah.... lagian aku juga gada rencana apa-apa untuk beberapa bulan
ke depan."

Tina: "Kok kayaknya kamu gak terlalu niat ya... semangat dong! hari ini akan
jadi hari pertama kita kencan. Mau jalan-jalan kemana nih?"

bisma: "Gimana kalo kita nonton saja? Kalo gak salah film Harry Potter 7 lagi maen
deh. katanya film itu bagus"

Tina: "OK dech.... Yuk kita pergi sekarang. tar pulang nonton kita ke
karaoke ya...
ajak aja adik kamu sama pacarnya biar seru."

bisma : "Boleh juga..."
(mereka pun pergi nonton, berkaraoke dan bisma mengantarkan Tina pulang
malam harinya)


Hari ke 2:
bisma dan Tina menghabiskan waktu untuk ngobrol dan bercanda di kafe,
suasana kafe yang remang-remang dan alunan musik yang syahdu membawa hati
mereka pada situasi yang romantis. Sebelum pulang bisma membeli sebuah
kalung perak berliontin bintang untuk Tina.

Hari ke 3:
Mereka pergi ke pusat perbelanjaan untuk mencari kado untuk seorang sahabat
bisma.
Setelah lelah berkeliling pusat perbelanjaan, mereka memutuskan membeli
sebuah miniatur mobil mini. Setelah itu mereka beristirahat duduk di
foodcourt, makan satu potong kue dan satu gelas jus berdua dan mulai
berpegangan tangan untuk pertama kalinya.

Hari ke 7:
Bermain bowling dengan teman-teman bismar. Tangan tina terasa sakit karena
tidak pernah bermain bowling sebelumnya. bismamemijit-mijit tangan Tina
dengan lembut.

Hari ke 25:
bisma mengajak Tina makan malam di Ancol Bay . Bulan sudah menampakan diri,
langit yang cerah menghamparkan ribuan bintang dalam pelukannya. Mereka
duduk menunggu makanan, sambil menikmati suara desir angin berpadu dengan
suara gelombang bergulung di pantai. Sekali lagi Tina memandang langit, dan
melihat bintang jatuh. Dia mengucapkan suatu permintaan dalam hatinya.

Hari ke 41:
bisma berulang tahun. Tina membuatkan kue ulang tahun untuk bisma. Bukan
kue buatannya yang pertama, tapi kasih sayang yang mulai timbul dalam
hatinya membuat kue buatannya itu menjadi yang terbaik. bisma terharu
menerima kue itu, dan dia mengucapkan suatu harapan saat meniup lilin ulang
tahunnya.

Hari ke 67:
Menghabiskan waktu di Dufan.. Naik halilintar, makan es krim bersama,dan
mengunjungi stand permainan. bisma menghadiahkan sebuah boneka teddy bear
untuk Tina, dan Tina membelikan sebuah pulpen untuk Peter.

Hari ke 72:
Pergi Ke PRJ. Melihat meriahnya pameran lampion dari negeri China .. Tina
penasaran untuk mengunjungi salah satu tenda peramal. Sang peramal hanya
mengatakan "Hargai waktumu bersamanya mulai sekarang", kemudian peramal itu
meneteskan air mata.

Hari ke 84:
bisma mengusulkan agar mereka refreshing ke pantai. Pantai Anyer sangat sepi
karena bukan waktunya liburan bagi orang lain. Mereka melepaskan sandal dan
berjalan sepanjang pantai sambil berpegangan tangan, merasakan lembutnya
pasir dan dinginnya air laut menghempas kaki mereka. Matahari terbenam, dan
mereka berpelukan seakan tidak ingin berpisah lagi.

Hari ke 99:
bisma memutuskan agar mereka menjalani hari ini dengan santai dan sederhana.
Mereka berkeliling kota dan akhirnya duduk di sebuah taman kota .


15:20 pm
Tina: "Aku haus.. Istirahat dulu yuk sebentar."
bisma: "Tunggu disini, aku beli minuman dulu.. Aku mau teh botol saja. Kamu
mau minum apa?"
tina: "Aku saja yang beli. kamu kan capek sudah menyetir keliling kota hari
ini. Sebentar ya"
bisma mengangguk. kakinya memang pegal sekali karena dimana-mana Jakarta
selalu macet.


15:30 pm
bisma sudah menunggu selama 10 menit and Tina belum kembali juga.
Tiba-tiba seseorang yang tak dikenal berlari menghampirinya dengan wajah
panik.
bisma : " Ada apa pak?"
Orang asing: " Ada seorang perempuan ditabrak mobil. Kayaknya perempuan itu
adalah temanmu"
bisma segera berlari bersama dengan orang asing itu.
Disana, di atas aspal yang panas terjemur terik matahari siang,tergeletak
tubuh Tina bersimbah darah, masih memegang botol minumannya.
bisma segera melarikan mobilnya membawa Tina ke rumah sakit terdekat.
bisma duduk diluar ruang gawat darurat selama 8 jam 10 menit.
Seorang dokter keluar dengan wajah penuh penyesalan.


23:53 pm
Dokter: "Maaf, tapi kami sudah mencoba melakukan yang terbaik. Dia masih
bernafas sekarang tapi Yang kuasa akan segera menjemput.. Kami menemukan
surat ini dalam kantung bajunya."
Dokter memberikan surat yang terkena percikan darah kepada bisma dan dia
segera masuk ke dalam kamar rawat untuk melihat Tina. Wajahnya pucat tetapi
terlihat damai.
bisma duduk disamping pembaringan tina dan menggenggam tangan Tina dengan
erat.
Untuk pertama kali dalam hidupnya bisma merasakan torehan luka yang sangat
dalam di hatinya.
Butiran air mata mengalir dari kedua belah matanya.
Kemudian dia mulai membaca surat yang telah ditulis Tina untuknya.


Dear bisma...
ke 100 hari kita sudah hampir berakhir.
Aku menikmati hari-hari yang kulalui bersamamu.
Walaupun kadang-kadang kamu jutek dan tidak bisa ditebak,
tapi semua hal ini telah membawa kebahagiaan dalam hidupku.
Aku sudah menyadari bahwa kau adalah pria yang berharga dalam hidupku.
Aku menyesal tidak pernah berusaha untuk mengenalmu lebih dalam lagi
sebelumnya.
Sekarang aku tidak meminta apa-apa, hanya berharap kita bisa memperpanjang
hari-hari kebersamaan kita. Sama seperti yang kuucapkan pada bintang jatuh
malam itu di pantai,
Aku ingin kau menjadi cinta sejati dalam hidupku. Aku ingin menjadi
kekasihmu selamanya dan berharap kau juga bisa berada disisiku seumur
hidupku. bisma, aku sangat sayang padamu.


23:58
bisma: "Tina, apakah kau tahu harapan apa yang kuucapkan dalam hati saat
meniup lilin ulang tahunku?
Aku pun berdoa agar Tuhan mengijinkan kita bersama-sama selamanya...
Tina, kau tidak bisa meninggalkanku! hari yang kita lalui baru berjumlah 99
hari!
Kamu harus bangun dan kita akan melewati puluhan ribu hari bersama-sama!
Aku juga sayang padamu, Tina. Jangan tinggalkan aku, jangan biarkan aku
kesepian!
Tina, Aku sayang kamu...!"

Jam dinding berdentang 12 kali.... jantung Tina berhenti berdetak.
Hari itu adalah hari ke 100...


Katakan perasaanmu pada orang yang kau sayangi sebelum terlambat.
Kau tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi besok.
Kau tidak akan pernah tahu siapa yang akan meninggalkanmu dan tidak akan
pernah kembali lagi.
»»  READMORE...

Cerpen

 100 hari bersamamu

Ima  merenung di bawah pohon ridang yang sangat menyejukkan jiwa. Sesaat kemuadian sesosok lelaki dating menghampirinya dan menghamburkan renunganku dengan sapanya yang ceria. Dan lelaki itu adalah sahabat dekatku Dicky.
“hay … ngapain lo di sini bengong?” Tanya dicky
“hah .. kagak nape nape. Mikir aja gue” sahutku sembri memandang orang yang berlalu lalang di hadapanku
“hah ,,,, bĂȘte nih gue … “ ujarnya yang sedang merebahkan diri di rerumputan hijau itu
“sama….” Jawabku datar
Kami berdua saling berdiam. Aku tetap saja memandang manusia yang berberlalu lalang itu. Aku memandang dicky yang sedang memejamkan matanya sejenak, ternyata sahabatku ini manis juga.
“heh ,,, jangan terus-terusan mandangin gue naksir tau rasa lo” candanya.
“idiihhh ,,, naksir.. sama lo … najis dahh ….” Jawabku
“busyett ,, jahat amat lo .. lo kira gue apa..”
“iye iye ,,, bercanda kale dick.. ngambekan lo .,, udah gue mau ke kelas…” langsung berdiri
“ehh bentar nape ,.., bentaran aja di sini … temenin gue..” ucap dicky yang menarik tanganku
“yeee….” Jawabku langhsung menghempaskan tubuh ke sebelah dicky
“liat deh langit cerah banget yahh…” ucap dicky sambil menunjuk-nunjuk kea rah langit
“garing -_-“ jawabku
“yahhhh ………” jawabnya menghela nafas.
Beberapa detik kemudian tiba-tiba dicky bangu dari tidurnya yang mengagetkanku.
“apa’an sih lo?” jawabku sedikit membentakk
“gue baru sadar…”
“hah .. emang selama ini lo gila yah dick..haha”
“bukann… gue baru nyadar kalo gue suka sama lo im ..”
“hahh … “ jawabku menganga. Memang kami berdua sudah bersahabat sejak kecil, tapi…
“iya …. “
“maksud lo .. tiba-tiba gini she .. lo kesambet apaan sihh ,,,”
“kagakk ,,, gue seriuuusssss….” Jawab dicky dengan memang tampang imutnya
“hemm ,,, ya udah kita jalanin selama 100 hari.. kalo gue gak cocok sama lo kita tetep sahabatan .. okey ….” Jawabku
“ sipppp ,,, setuju ,,,,,yey” sahut nya semangat
Sepulang dari kencan hari pertama dengan dicky aku menuju kamar dan melihat kalender. Aku mengambil spidol merah yang ada di mejaku lalu mulai menandai pada tgl 25 maret. Di bawah tanggal itu ku sisipkan kata-kata.
“hari pertama gue sama dicky”
Selesai itu, aku pergi mandi dan menuju ke bawah untuk makan.
******
Keesokkan harinya sebelum berangkat kuliah, aku menandai pada tanggal 26 maret. Karena hari ini hari ke dua aku jadian dengan dicky. Setelah selesai aku langsung keluar kamar karena dicky sudah menjemputku.
Sepulang kuliah kami berdua pergi ke Dufan, kami mencoba permainan-permainan yang menantang.  Tetapi ketika mencoba Histeria aku serasa mau pingsan, tetapi dicky begitu perhatian kepadaku.
******
Pada tanggal 6 april, tepat ke hari ke 13 kami bersama. Tapi kami memutuskan untuk berada di rumah, dicky ke rumahku untuk sekedar main-main. Lalu sekedar iseng aku bertanya ke dicky.
“kenapa sih kita gak maen aja,, bosen tau gak di rumah..”
“udah udah kita di rumah aja.. soalnya kata orang purba angka 13 tuh angka sial…”
“busyett orang purba jauh amatt ,,, ya dehh terserah kamu” jawabku
Sontak kita berdua tertawa terbahak-bahak. Kami berdua memutuskan untuk memutar film di laptop milikku. Dicky memeluk bahuku, aku merasakan debaran jantung dicky. Aku hanya tersenyum kepadanya.
******
Pada tanggal 10 april, aku dan dicky pergi ke Lombok bersama. Karena dicky mengusulkan pantai do Pulau Lombok indah. Akupun menurut saja dengan dicky. Kami berdua menghabiskan 3hari di Lombok dengan penuh kebahagaiaan. Di hari terakhir kita di Lombok, dicky memberiku kalung liontin yang bagus sekali. Dia memakaikan kalung liontin ke leherku, usai itu aku memeluknya.

******
Lalu pada tanggal 30 april dicky sedang sakit demam, karena dia terlalu lelah mengerjakan tugas kuliahnya. Aku dating ke rumah dicky dan merawatnya selayaknya pacar. Aku menyuapinya, aku menghiburnya supaya ia tidak bosan. Sesaat aku merasa ada yang aneh dalam diriku.
*****
 Pada hari ke 50 kita berdua jadian dicky memberi inisiatif untuk merayakannya. Aku memang merasa aneh. Tetapi aku sangat bahagia bila bersama dicky. Dicky menyiapkan sebuah makan malam yang romantis di atap gedung yang tinggi.
“kenapa kamu memilih tempat ini ??” tanyaku
“liat aja deh kita bisa memandang ribuan bintang yang bertabur di langit. Indah bukan??” jawabnya sambil memegang tanganku
“ya.. kamu memang pintar memilih tempat..” jwabku
*****
Pada tanggal 11 mei dicky memberiku surprise di hari ulang tahunku. Ia bersembunyi di sebuah kue tart yang sangat besar lalu ia mengagetkanku. Ia keluar dengan membawa sebuah kue tart dan menyenyikan lagu “happy birthday”. Aku sangat terkejut juga senang dengan kejuatannya.
*****
Tanggal 30 mei . kami pergi ke mall. Aku mencarikan kado untuk mama dicky karena sebentar lagi beliau ulang tahun. Dan juga aku membelikan sepotong baju untuk Dicky. Setelah selesai kami berdua pulang.
****
Keesokkan harinya aku pergi ke rumah dicky untuk merayakan ulang tahun mamanya. Aku, dicky, dan papanya berhasil memberikan kejutan untuk mamanya dicky. Beliau sangat senang sekali, sampai-sampai beliau menitikan air mata.
****
Tanggal 6 juni aku dan dicky pergi ke Snow bay. Setelah kami berganti pakaian, kami mencoba permainan air yang ada di situ. Kami sangat menikmati kebersamaan kami. Kami saling bercanda tiada hentinya.
****
Hari ini adalah hari ulang tahun dicky. Aku sudah menyiapkan surprise untukknya. Pada malam harinya pukul 12 tepat aku ke rumahnya, dengan membawa sebuah kue tart aku masuk ke kamarnya dan.
“SURPRise.. happy birthday to you….” Kulantunkan lagu happy birthday bersama kedua orangtuanya
“ya ampunn.. makasih semuanya..” jawabnya sedikit lemah karena ia baru saja tidur.
“tiup lilinya dong..” ujar  papanya
“make a wish dulu donk…. Yang baek-baek lhooo” candaku
Setelah dia memejamkan mata untuk memohon permohonan di hari ulang tahunnya. Ia meniup lilinnya.
Pagi harinya kami merayakan dengan berkeliling kota Bandung.
*****
Dan akhirnya hari ke 100 kami tiba. Pag harinya dicky menjemputku ke rumah menggunakan baju pemberianku.
“pagii…..” ucapnya ketika bertemu denganku
“pagii juga,,” jwabku ceria
“yukk langsung pergi” ajaknya yang menarik tanganku
Aku masuk ke mobilnya. Dicky memacu mobilnya ke sebuah taman. Aku turun dari mobilnya, aku heran kenapa dicky tumben sekali mengajakku ke sini.
“tumben ke sini,,,” tanyaku
“ehm.. gak papa… kamu gak suka??” tanyanya sedikit murung
“aku suka kok.. asalkan sama kamu..” jawabku
“hehe… “ senyumnya mengembang
“ehmm.. aku mau makan nih laper…”
“ehmm … ya deh yuk kita makan.” Ajak dicky. Ia mengajakku di dekat taman itu ternyata ada rumah makan. Setelah selesai makan dicky mau pergi sebentar mencari rokok, dicky memang seorang perokok tapi semenjak denganku ia jarang merokok meskirun sesekali ia masih tetap merokok.
“aku beli dulu yahhh.. kamu tunggu di mobil” ujarnya meninggalkan bangku supirnya
“ya…” jawabku
Aku menunggu selama 10 menit tapi ia tak kunjung muncul juga. Aku merasa ada yang tidak beres di sini, aku menelefon handphonenya tetapi handphonenya berada di dalam mobil. Aku keluar dari mobil, mataku berkeliling mencari dimana dicky mencari rokok.
Lalu aku melihat ada kerumunan orang tidak jauh dari sebuah minimarket. Aku menuju ke sana, jantungku sangat berdegup kencang pertanda apakah ini. Setelah melihat itu, ternyata dicky terbaring dengan bersimbah darah.
“dicky… ya tuhan,,, “ teriakku
“kamu kenapa dick… dickkk,,” tangisku meledak
“mbak tadi mas ini tertabrak mobil, tapi mobilnya sudah kabur..”
“ambulans.. ambulans… ceppattt…” teriakku
Sesaat kemudian dicky di angkut dengan ambulans. Aku terus menangis dengan menatap wajah dicky yang sangat mengenaskan. Sesampainya di rumah sakit, dan dicky segera di tangani oleh dokter.
“siapa keluarga dari dicky..” Tanya seorang dokter yang keluar dari ruang UGD
“saya mamanya..” ujar mama dicky. Aku memang langsung menelepon mamanya.
“maaf ibu.. kami sudah berusaha sekuat mungkin.. tapi yang maha kuasa berkata lain..”
“gakk,, dokter pasti salah.. pasti itu bukan dicky ku.. gak,, BUKANN.. GAAAKKK” teriaku
“sabar yahh,,,” ujar mama dicky meskipun ia juga sangat terpukul
****
Akupun pergi ke rumah dicky, dan ke kamar dicky. Ketika aku memasukki kamarnya aku merasakan seolah dicky berada di sini, aku berkeliling kamarnya.
 “kenapa kamu ninggalin aku.. padahal di hari ke 100 kita. Aku mau bilang aku sayang kamu..tapi kenapa kamu ninggalin aku” ujarku saat menatap foto dicky yang ada di kamarnya
“ima..” ujar mama dicky dari luar kamar
“ya tan..” jawabku lemah
“ini ,, dicky pernah bilang ke tante suruh memberikan ini ke kamu..” kata mama dicky yang menyodorkan sebuah surat.
“makasih tante..” jawabju sambil membuka surat itu
Dear ima…
Perjanjian kita akan berakhir….
Tapi entah kenapa aku ingin sekali menuliskan ini untukkmu
Ima.. aku sayang kamu.. aku gak ingin kita pisah..
Aku ingin tahu secepatnya bagaimana perasaan mu di hari ke 100 kita
Pada hari ke 100 aku akan membawamu ke taman dan di situ aku akan mengungkapkan semuanya…
Ima.. aku sayang kamu….

Setelah membaca surat itu, aku menangis tiada henti.
“aku sayang kamu dick.. aku sebenarnya ungin mengungkapkan ini pada jam 12 malam pada hari ke 100 kita.. tapi kenapa kamu pergi ninggalin aku secepat ini…” ujarku terisak
Lalu aku menyadari bahwa aku memang sangat menyayangi dicky, tapi semua ini harus ku simpan di dalam hati bersama mu. Kan ku simpan nama DICKY di hatiku selamanya….

                                                Bahagia hidupku bersama mu…
                                                Tapi kebahagiaan itu sangat singkat
                                                Dengan kebahagiaan singkat itu bisa membuatku lebih hidup..

                                                Ungkapkanlah perasaan mu…
                                                Sebelum waktu yang membuat segalanya berubah                                                                                                         Karena kita tak akan pernah tau
                                                Esok akan terjadi apa…
»»  READMORE...